Feed RSS

Daily Archives: 8 Maret 2011

Novel Layar terkembang (ringkasan cerita)

Posted on

pengarang : Sultan Takdir Alisyahbana

tahun : 1937

http://www.google.co.id/imglanding?q=layar%20terkembang&imgurl=http://melayuonline.com/pict/p4a4828a7408b7.jpg&imgrefurl=http://melayuonline.com/ind/news/read/8664&usg=___xVt6nJh-mpX8mYyaCiBPP9Wxog=&h=300&w=300&sz=39&hl=id&zoom=1&um=1&itbs=1&tbnid=Ri8g0WZKi8uKfM:&tbnh=116&tbnw=116&prev=/images%3Fq%3Dlayar%2Bterkembang%26um%3D1%26hl%3Did%26client%3Dopera%26sa%3DN%26rls%3Den%26tbs%3Disch:1&ei=q8l1TcDFN8HHrQea1_C-Cg&um=1&client=opera&sa=N&rls=en&tbs=isch:1&start=0#tbnid=UJj9tViVX16r5M&start=5

Tuti adalah putri sulung Raden Wiraatmadja. ia dekenal sebabai seorang gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya Maria. ia seorang gadis yang lincah dan periang.

suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. ketika mereka sedang asyik melihat-lihat aquarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. pemuda itu bernama Yusuf, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. ayahnya adalah Deman Munaf, tinggal di Martapura, Sumatera Selatan.

perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. bagi Yusuf, pertemuan itu berkesan dan cukup mendalam. ia selalu teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebig banyak tertumpah. menurutnya, wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.

esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati, menemani keduanya berjalan-jalan. cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.

sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung kerap. sementara itu, Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.

Tuti sendiri terus disibuki dengan kegiatannya. dalam Kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita; suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti uyntuk memajukan kaumnya.

pada masa liburan, Yusuf pulang kerumah orang tuanya di Martapura. sesungguhnya, ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keinndahan alam tanah leluhurnya. namun, ternyata, ia tidak dapat menghilangkan rasa rindunya pada Maria. dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. berikutnya, surat Maria datang lagi. kali ini mengabarkan perihal perjalanannya bersama Rukmanah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudisn menyusul sang kekasih ke Bandung. setelah mendapat restu ibunya, pemuda itupun segera meinggalkan Martapura.

kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. kedua sejoli itu pun lalu melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan disekitar air terjun di Dago. dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya pada Maria.

sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. sungguhpun demikian, pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.

ketika Maria mendadak terkena demam Malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginannya untuk menjalin cinta dengannya. sungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan kasih sayang seseorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. maka, segera ia menulis surat penolakan.

sementara itu. keadaan Maria semakin bertambah parah. kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. ternyata, menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. dokter yang merawatnya menyarankian agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya, Jawa Barat.

perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. namuan, keadaannya tidak juga mengalami perubahan. lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. tampaknya, ia sudah pasrah menerima kenyataan.

pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kegidupan di pedesaan. kehidupan suami-istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat disekitanya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. ia menyadari bahwa kehidupan mulia; mengabdi kepada masyarakat’ tidak hanay dapat dilakukan di kola atau kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat manapun, pengabdian itu dapat dilakukan.

sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirka. dokter yang merawatnya pun rupanya sudak tidak dapat berbuat lebih banyak lagi. kemudian, setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria menghembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, akialu saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya beberapa hari ini… inilah permintaan saya yang penghabisan, dan saya tidak rela selama-lamanya, kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. demikianlah pesar terakhir almarhum, Maria. lalu, sesuai dengan pesan tersebut, Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.

 

 

 

 

mach number

Posted on

Bilangan Mach

Mach ? Apaan ya ?
Mach bukan suatu singkatan atau akronim, tetapi nama seorang ahli fisika asal Austria yaitu Ernst Mach (1838-1916), yang pada tahun 1897 menerbitkan karya ilmiah yang penting tentang prinsip-prinsip dasar supersonik. Mach mengusulkan sebuah bilangan untuk menyatakan perbandingan kecepatan suatu benda terhadap kecepatan suara. Hebatnya lagi ialah orang pertama yang mengerti prinsip-prinsip aerodinamika supersonik.
Menariknya, pemakaian bilangan Mach bukan diperkenalkan oleh Mach sendiri. Istilah itu diperkenalkan oleh insinyur Swiss Jacob Ackeret pada taun 1929. Mach sendiri tidak menamai bilangan tersebut sebagai Mach Number waktu itu.
Kata Mach kemudian terbiasa dipakai orang dan sekaligus sebagai penghormatan kepada Ernest Mach atas jasa-jasanya mengembangkan prinsip-prinsip dasar supersonik.
Bilangan Mach ? Bilangan apaan lagi tu nah ? –“
Bilangan Mach adalah satuan kecepatan yang umum untuk mengekspresikan kecepatan suatu pesawat terbang relatif terhadap kecepatan suara. Satuan biasanya ditempatkan sebelum angka pengukurannya seperti Mach 1.0 untuk kecepatan suara, Mach 2.0 untuk dua kali kecepatan suara. Angka sebenarnya kecepatan suara tergantung kepada tingkat tekanan dan suhu atmosfir. Pada suhu udara 0°C dan tekanan udara 1 atmosphere (atm), kecepatan suara adalah 1.088 ft/s atau 331.6 m/s atau 748 mi/h.
Mach number biasa digunakan dalam menentukan kecepatan pesawat bahkan peluru atau peluru kendali (roket). Dengan menggunakan Mach number, kecepatan dibagi menjadi empat wilayah yakni:
  • Subsonik (Mach <>
  • Sonik (Mach = 1.0)
  • Transonik ( 0,8 <>
  • Supersonik (Mach > 1.0)
  • Hypersonik (mach > 5.0)
Menariknya, pemakaian bilangan Mach bukan diperkenalkan oleh Mach sendiri. Istilah itu diperkenalkan oleh insinyur Swiss Jacob Ackeret pada taun 1929. Mach sendiri tidak menamai bilangan tersebut sebagai Mach Number waktu itu.

 

terjun payung

Posted on

Olahraga dirgantara selalu memukau masyarakat, sehingga di manapun dan kapanpun, kegiatan itu diselenggarakan, akan selalu menarik perhatian masyarakat. Salah satunya adalah terjun payung.

Selain mengandalkan teknik, olahraga terjun payung memacu adrenalin dan membutuhkan nyali besar. Pasalnya, olahraga ini cukup menantang maut. Olahraga ini memang tontonan yang menarik dan menimbulkan rasa penasaran untuk mencoba. “Bukan hanya nyali, tapi prosedur keselamatan juga harus diperhatikan. Kalau kita melaksanakan aturan yang ada dengan benar, tentu risiko bahaya pun semakin kecil. Pokoknya safety first,” kata Nisfu Chasbullah, Chairman Persatuan Olahraga Dirgantara (Pordiga) Terjun Payung.

Ada tiga jenis karakter terjun payung, yaitu ketepatan mendarat, kerja sama di udara, dan kerja sama antarkanopi. Masing-masing jenis ini mempunyai karakter tingkat kesulitan dan karakter kepuasan tersendiri. “Jika kita terjun di nomor ketepatan mendarat, tentu kepuasan itu datang apabila kita bisa menginjak “titik zero” di titik biru. Ini bukan hal yang mudah mengingat kita harus memperhitungkan saat di udara. Tapi bila kita berhasil melakukannya, itu adalah lompatan yang sempurna,” kata Nisfu.

Begitu pula dengan kerja sama di udara dan antarkanopi. “Kalau kerja sama berjalan dengan baik, tentu merupakan kepuasan. Sebab, itu adalah satu hal yang dilakukan secara bersama-sama. Mereka harus berkonfigurasi dan merencanakan sesuatu itu dari atas awan sampai nanti di darat,” jelasnya.

Melayang-layang di angkasa luas, rasanya seperti berenang dan meinggalkan memori tersendiri. Bercengkerama dengan awan memang memberikan kepuasan lebih. Melihat pemandangan yang terbentang luas dari atas awan begitu memanjakan mata. Melayang seperti burung di antara embusan angin sejuk pegunungan merupakan sensasi tersendiri. Pemandangan daratan begitu memukau bila diliat dari atas. Semua yang ada di daratan hanya titik kecil. Bumi memang tak berujung, dimensi pandangan mata sungguh tak terbatas. Di situlah kita sadar akan kebesaran Tuhan.

Sekilas, olahraga ini lumayan menguras kocek. Pasalnya, sebuah pesawat sangat diperlukan untuk melakukan lompatan. Selain itu, harga peralatan penunjang seperti Canopi, Harness & Container, Payung Cadangan, Altimeter, Googles (kacamata), Jumpshoot, dan Helm mencapai kurang lebih Rp 36 juta. Kendati demikian, Nisfu membantah bahwa terjun payung adalah olahraga yang cukup mahal. Menurutnya, banyak cabang olahraga lain yang jauh lebih mahal ketimbang terjun payung. “Misalnya olahraga yang berhubungan dengan otomotif. Pasti itu memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk perawatan dan hal lainnya. Terjun payung itu olahraga yang relatif tidak mahal. Buktinya ada juga penerjun yang berasal dari kalangan mahasiswa yang notabene mereka mempunyai keterbatasan dana,” ungkapnya.

Sejarah Terjun Payung
Sudah lama manusia ingin melakukan penerjunan, namun tidak dapat dilaksanakan karena belum ada peralatan memadai. Akhirnya, sekitar tahun 1617, Fausto Veranzio menjadi manusia pertama yang melakukan penerjunan dari sebuah menara di Venesia, Italia, dan mendarat dengan selamat menggunakan alat yang mirip parasut. Sedangkan penerjunan dari suatu benda terbang, baru dilaksanakan untuk pertama kalinya sekitar tahun 1797, yaitu oleh Andre Jacques Garrnerin di Paris, Perancis, dari sebuah balon udara.

Leslie Irvin yang diselamatkan oleh parasut dalam suatu kecelakaan di Inggris, merasa berhutang budi pada perlengkapan itu. Sejak peristiwa yang terjadi pada tahun 1919 itulah akhirnya ia membaktikan seluruh sisa hidupnya untuk mengembangkan dan menyempurnakan teknologi dan sistem parasut.

Marsdya TNI (Pur) Budiarjo, menjadi orang Indonesia pertama yang memanfaatkan parasut, yaitu saat ia bertugas sebagai telegrafis (RTU) di sebuah pesawat pembom Glen Martin, mengalami kerusakan dan terpaksa terjun menggunakan parasut. Penggunaan parasut dalam operasi militer di Indoensia untuk pertama kalinya dilaksanakan dalam suatu Operasi Lintas Udara, yaitu tanggal 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan di mana diterjunkan 13 orang anggota Pasukan Gerak Tjepat AURI untuk mempertahankan keutuhan wilayah nasional untuk melawan penjajah Belanda. Namun orang yang pernah terjun payung di Indonesia adalah anggota Angkatan Udara Belanda, Pembantu Letnan A.J. Oonine, di Pangkalan Udara Kalijati, tanggal 30 Desember 1930.

Terjun Payung di Indonesia
Tuti Gantini, putri angkat Kolonel Udara R.H. Wiriadinata, menjadi orang sipil pertama yang terjun payung (statik). Peristiwa bersejarah itu disusul oleh delapan orang wartawan asal Jakarta dan Bandung yang mengikuti pendidikan Sekolah Para Angkatan Udara pada angkatna ke-42 di Margahayu, Bandung. Mereka masih menggunakan payung Ervin buatan Inggris dalam Perang Dunia II dan payung D-1 dengan selubung buatan Sovyet. Mereka dilatih mendarat dengan system tumbling dan push. Dalam perkembangannya, Angaktan darat, Laut, Udara dan Kepolisian melatih para pemuda yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa untuk terjun freefall. Semula mereka menggunakan payung bundar seperti Ervin dan Para Commander, tapi kemudian menggunakan berbagai jenis payung square yang jauh lebih canggih.

Namun terjun payung sebagai olahraga, baru diperkenalkan di Indonesia untuk pertama kalinya tahun 1962 oleh Mladen Milicevic (Mica), seorang yang berkebangsaan Yugoslavia, yang saat itu diperbantukan di Sekolah Para Komando TNI AD di Batujajar. Sejak itu, terjun payung berkembang menjadi sebuah olahraga yang semakin digemari. Perkumpulan terjun payung pertama adalah AVES didirikan di Bandung oleh para mahasiswa ITB bersama wartawan Trisnoyuwono tanggal 29 Juli 1969. Akhirnya olahraga terjun payung pun mulai berkembang pesat. PUncaknya, tanggal 17 Januari 1972, klub-klub terjun payung yang terdapat di Indonesia (62 klub) sepakat untuk bergabung dalam induk organisasi Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

Cabang olahraga ini tak bisa lepas dari kemajuan teknologi, yang mampu menciptakan peralatan-peralatan baru yang semakin hari semakin canggih. Penggunaan peralatan baru tersebut oleh para atlet memungkinkan dilakukannya manuver-manuver baru di udara yang sulit dilakukan dengan peralatan jenis lama. Bahkan dengan menggunakan peralatan baru tersebut mampu dipecahkan rekor-rekor baru dalam berbagai nomor perlombaan.

Cabang olahraga terjun payung memperlombakan berbagai nomor antara lain ketepatan mandarat, kerja sama di udara, kerja sama antarkanopi dan free style. Nomor-nomor lain adalah formation skydiving dan sku surfing. Jenis parasut yang digunakan dalam perlombaan terjun payung misalnya jenis DC-5 untuk ketepatan mendarat, atau PD-150 untuk kerja sama di udara. (CBN Portal)


 

Prinsip pada Perahu Layar/ Kapal Layar

Posted on

Perahu layar memanfaatkan Prinsip Bernoulli yang digunakan untuk menghitung daya angkat airfoil. Airfoil adalah bentuk dari sayap  (dari baling-baling, rotor  atau turbine) ) atau layar  seperti yang terlihat dalam penampang.

Prinsip Bernoulli dikembangkan dari pengamatan di atas cairan, dan persamaan-nya hanya berlaku untuk cairan mampat, dan cairan kompresibel pada kecepatan sangat rendah (mungkin sampai dengan 1 / 3 dari kecepatan suara dalam fluida). Prinsip Bernoulli dikembangkan Dari pengamatan di Atas cairan, dan persamaan-nya untuk mampat Hanya Berlaku cairan, dan cairan kompresibel Hal ini dimungkinkan untuk menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika untuk mengembangkan persamaan yang sama berlaku untuk cairan kompresible, seperti udara.

Prinsip Dasar Berlayar

Berlayar perahu bervariasi sesuai dengan cara di mana kapal ini direkayasa, tetapi prinsip-prinsip dasar berlayar adalah sama bagi semua perahu layar.

Ilustrasi kekuatan angin dan gerakan ketika berlayar melawan arah angin, atau “berjalan” sebelum angin, adalah titik paling sederhana berlayar untuk memahami. Saat menjalankan melawan arah angin, perahu layar bergerak dalam arah yang sama dengan angin bertiup. Yang berlayar di atas perahu ditetapkan pada perkiraan sudut 90 ° terhadap sumbu memanjang dari perahu. Layarnya hanya kekuasaan mereka berasal dari desakan angin.

Ketika berlayar dari angin, atau di angin, angin bertiup di atas perahu dari sisi, atau “abeam”. Titik ini berlayar disebut “balok mencapai”. Layar tidak ditetapkan pada sekitar 45 ° dari sumbu perahu untuk mencapai balok.

Sekarang, di titik ini berlayar, sesuatu yang “aneh” terjadi: Angin memberikan sebuah ilustrasi, menarik kekuatan angin dan gerak ketika mencapai dari gaya menekan bagian layar! Para layar bertindak lebih seperti sayap pesawat terbang dari “ember angin”, seperti pada berlari. Bentuk layar dan arah angin menyebabkan berlayar untuk bertindak sebagai suatu airfoil.

Pada mencapai, angin mencoba mengalir melewati tiang, dan sudut layar yang memungkinkan untuk melakukannya. Tetapi berlayar disetel pada suatu sudut, menyebabkan angin mengalir pada kecepatan tinggi sepanjang permukaan depan dari layar, dan lebih lambat sepanjang permukaan melengkung di belakang. Perbedaan aliran udara menciptakan daerah tekanan rendah di depan layar, menarik berlayar ke arah itu. Jadi, kekuatan yang sebenarnya diberikan oleh angin di atas perahu adalah pada sudut sekitar kanan ke layar.

Jika lambung perahu layar telah sempurna datar, kekuatan menarik angin akan cenderung untuk menggerakkan perahu pada sudut miring. Tapi setiap kapal layar dilengkapi dengan setidaknya satu keel tetap atau centreboard ditarik (atau daggerboard), yang bertindak sebagai pesawat longitudinal, untuk mencegah perahu dari hanyut samping melalui air. Pesawat busur diberikannya sebuah kekuatan yang efektif di sudut ke sisi berlawanan dari sumbu pusat perahu.

Kursus kecepatan dan aktual perahu akan berlayar, akan menjadi vektor resultan dari kekuatan gabungan dari angin dan kekuatan menolak dari keel.

Ilustrasi kekuatan dan gerak ketika berlayar dekat-hauling ketika melawan angin, para layar juga memiliki tindakan airfoil. Angin berhembus melewati tiang dan layar, yang akan ditetapkan dekat dengan sumbu perahu. mainsheet akan diangkut dalam ketat, yang mana istilah “close-diangkut” berasal dari.

Udara yang lewat di depan layar akan mengalir lebih cepat daripada udara melewati bagian belakang layar. Hal ini menyebabkan daerah tekanan rendah di depan layar, sebuah foreward sedikit dari abeam. Dan pesawat busur akan mengerahkan kekuatan lawan ke sisi berlawanan dari sumbu perahu.

Perhatikan bahwa gerakan resultan dari perahu  jauh lebih kecil daripada ketika perahu layar sedang berlayar di mencapai. Tapi gerakan masih akan maju, selama perahu layar tidak mencoba untuk berlayar di dalam zona tidak-berlayar-, di mana angin bertiup hampir lurus ke bawah garis tengah kapal.